MAKALAH BIOKOMIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Dalam sehari-hari kadang sulit
membedakan antara margarin, mentega dan Butter. Secara fisik sebenarnya
ketiganya berbeda. Tapi selama ini ketiga bentuk bahan makanan itu sangat rancu
pengertiannya. Mentega, Margarin dan Butter adalah zat makanan yang sumber
pembuatannya, kandungan zat gizi dan komposisinya berbeda.
Mentega berasal dari lemak hewan. Mentega yang
terbuat dari lemak hewan biasanya mengandung lebih banyak lemakjenuh/saturated
fats(66%) dibanding lemak tak jenuh/unsaturated fats-nya (34%). Lemak jenuh ini
biasanya berhubungan dengan tingginya kadar kolesterol dalam tubuh. Mentega
biasanya mengandung vitamin A, D, protein dan karbohidrat.
Margarin berasal lemak tumbuh tumbuhan. Margarin
sendiri yang terbuat dari minyak tumbuh-tumbuhan dimana di vegetables oil
terkandung jumlah monounsaturated – dan polyunsaturated fats yang lebih banyak
dibandingkan saturated fats-nya (13-15 % saturated dan 85-87 % percent
unsaturated fats
Asam lemak atau asil lemak ialah istilah
umum yang digunakan untuk menjabarkan bermacam-ragam molekul-molekul yang
disintesis dari polimerisasi asetil-KoA dengan gugus malonil-KoA atau
metilmalonil-KoA di dalam sebuah proses yang disebut sintesis asam lemak. Asam
lemak terdiri dari rantai hidrokarbon yang berakhiran dengan gugus asam
karboksilat; penyusunan ini memberikan molekul ujung yang polar dan hidrofilik,
dan ujung yang nonpolar dan hidrofobik yang tidak larut di dalam air
Asam lemak jarang terdapat bebas dalam alam , akan
tetapi banyak terdapat dalam bentuk
ikatan ester
atau amida dalam dalam berbagai lipida.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa
yang dimaksud dengan Margarin ?
2. Apa
yang dimaksud dengan Mentega ?
3. Apa
Manfaat dari mentega dan Margarin ?
4. Apa
yang dimaksud dengan Asam Lemak ?
5. Apa
Fungsi dari Asam Lemak ?
6. Bagaimana
Klasifikasi Asam Lemak ?
7. Bagaimana
Karakteristik Asam Lemak ?
8. Bagaimana
akibat kekurangan Asam Lemak ?
2.3 TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui
pengertian Mentega
2. Mengetahui
pengertian Margarin
3. Mengetahui
manfaat Mentega dan Margarin
4. Mengetahui
pengertian Asam Lemak
5. Mengetahui
Fungsi Asam Lemak
6. Mengetahui
Klasifikasi Asam Lemak
7. Mengetahui
Karakteristik Asam Lemak
8. Mengetahui
akibat kekurangan Asam Lemak
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Margarin
Mentega
Mentega
berasal dari lemak hewan. Mentega yang terbuat dari lemak hewan biasanya
mengandung lebih banyak lemakjenuh/saturated fats(66%) dibanding lemak tak
jenuh/unsaturated fats-nya (34%). Lemak jenuh ini biasanya berhubungan dengan
tingginya kadar kolesterol dalam tubuh. Mentega biasanya mengandung vitamin A,
D, protein dan karbohidrat. Mentega adalah ialah produk makanan susu, dibuat dengan mengaduk krim yang didapat dari susu. Biasanya digunakan sebagai olesan roti dan biskuit, sebagai perantara lemak di beberapa resep roti dan masakan, dan kadang-kadang bahan untuk menggoreng. Pengganti mentega ialah margarin, yang biasanya lebih murah, dan memiliki
sedikit lemak dan kolesterol. Mentega hampir sama dengan roombutter
tetapi roombutter adalah mentega yang wanginya tajam dan berwarna putih. Bahan dasar untuk membuat mentega adalah
krim susu. Krim susu adalah lapisan paling atas dari susu yang terbentuk jika
didiamkan selama beberapa hari di dalam kulkas. Krim ini dipisahkan dari
lapisan bawah susu atau skim. Mentega dibuat dengan cara mengaduk (butter
churning) krim susu menggunakan alat pengaduk mentega sampai berbentuk
padat. Krim susu terpisah menjadi bagian lemak yang padat dan bagian cair (air)
setelah proses pengadukan (churning) dengan menggunakan alat yang bernama churn.
Cairan yang terpisah dari mentega selama proses pengadukan itu dinamakan buttermilk
(susu mentega). Mentega kemudian dipadatkan dan dicetak sesuai selera dengan
menggunakan cetakan. Mentega ini selanjutnya dapat pula diolah menjadi ghee
atau minyak samin dengan cara memanaskan mentega dengan menggunakan nyala api kecil
sampai terbentuk warna kuning emas. Cairan yang terbentuk dipisahkan dari
pengotor yang berupa padatan.
2.2 Pengertian Margarin
Margarin
Margarin berasal lemak tumbuh-tumbuhan. Margarine
dibuat dari minyak tumbuh-tumbuhan yang di hydrogenasi (atom hidrogen
ditambahkan ke minyak). Dalam proses tersebut biasanya juga akan terjadi
perubahan struktur beberapa polyunsaturated fatty acids (asam lemak tak jenuh)
menjadi "trans fatty acids". Menurut para peneliti, "trans fetty
acids" ini aksinya mirip sekali dengan lemak jenuh/saturated fats.
Karenanya dikatakan mungkin trans fetty acids ini
memiliki kemungkinkan terhadap kontribusi di kejadian tekanan darah tinggi dan
heart disease. Para peneliti biasanya memberikan tips agar memilih produk
margarin yang lebih lembut dan konsistensinya mirip sekali dengan liquid.
Dengan memilih produk margarin seperti ini diharapkan kandungan trans fetty
acids-nya dapat diminimalisir. Margarin biasanya diperkaya dengan vitamin A dan
beberapa vegetables oil adalah sumber vitamin E.
2.3 Manfaat Margarin dan Mentega
Pada dasarnya, mentega dan margarin
memiliki jumlah kalori yang sama. Mentega biasanya mengandung lemak alami, dan
beragam manfaat nutrisi lainnya seperti vitamin A, D, E, dan K, yang larut
dalam air. Manfaatnya antara lain untuk menguatkan tulang dan fungsi-fungsi
tubuh lainnya. Mentega menjadi sumber makanan berenergi tinggi yang kaya
vitamin A serta mengandung 700 kalori dalam 100 gramnya. Vitamin A pada mentega
baik fungsinya untuk menjaga sistem kardiovaskular dalam tubuh.
Selain itu, mentega juga mengandung
vitamin D yang membantu pertumbuhan tulang dan gigi. Juga vitamin E serta
selenium yang berfungsi menjaga sistem saraf dan kekebalan tubuh. Karena itu,
jangan buru-buru mengganti mentega Anda dengan margarin. Apalagi, banyak jenis
margarin yang diproses dengan menambahkan bahan kimia ke dalamnya. Kandungan
lemak jenuhnya pun bisa menyebabkan risiko penyakit jantung koroner dan
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah.
Meskipun mentega lebih aman untuk dikonsumsi, ada baiknya
jumlahnya juga diperhatikan. Jangan makan cake ataupun kue-kue hingga merasa
kekenyangan. Makanlah secukupnya, satu atau dua potong cukup sehingga tidak
akan membuat kegemukan ataupun menimbulkan jenis penyakit lain.
2.4 Pengertian Asam lemak
Asam lemak (bahasa Inggris: fatty acid,
fatty acyls) adalah senyawa alifatik dengan gugus karboksil. Bersama-sama
dengan gliserol, merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak dan
merupakan bahan baku untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam ini mudah
dijumpai dalam minyak masak (goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan
nilai gizinya. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang
terhidrolisis) maupun terikat sebagai gliserida.
Merupakan salah
satu senyawa organik golongan ester yang banyak terdapat dalam tumbuhan, hewan,
atau manusia dan sangat berguna bagi kehidupan manusia Lemak yang pada suhu
kamar berbentuk cair disebut minyak, sedangkan istilah lemak biasanya
digunakan untuk yang berwujud padat. Lemak umumnya bersumber dari hewan,
sedangkan minyak dari tumbuhan. Beberapa contoh lemak dan minyak adalah lemak
sapi, minyak kelapa, minyak jagung, dan minyak ikan
Asam lemak jarang terdapat bebas dalam alam , akan tetapi banyak terdapat dalam
bentuk ikatan ester atau amida dalam dalam berbagai
lipida.
Asam lemak atau asil lemak ialah
istilah umum yang digunakan untuk menjabarkan bermacam-ragam molekul-molekul
yang disintesis dari polimerisasi asetil-KoA dengan gugus malonil-KoA atau
metilmalonil-KoA di dalam sebuah proses yang disebut sintesis asam lemak. Asam
lemak terdiri dari rantai hidrokarbon yang berakhiran dengan gugus asam
karboksilat; penyusunan ini memberikan molekul ujung yang polar dan hidrofilik,
dan ujung yang nonpolar dan hidrofobik yang tidak larut di dalam air.
Struktur asam lemak merupakan salah
satu kategori paling mendasar dari biolipid biologis dan dipakai sebagai blok
bangunan dari lipid dengan struktur yang lebih kompleks. Rantai karbon,
biasanya antara empat sampai 24 panjang karbon, baik yang jenuh ataupun tak
jenuh dan dapat dilekatkan ke dalam gugus fungsional yang mengandung oksigen,
halogen, nitrogen, dand belerang. Ketika terdapat sebuah ikatan valensi ganda,
terdapat kemungkinan isomerisme geometri cis atau trans, yang secara signifikan
memengaruhi konfigurasi molekuler molekul tersebut. Ikatan ganda-cis
menyebabkan rantai asam lemak menekuk, dan hal ini menjadi lebih mencolok
apabila terdapat ikatan ganda yang lebih banyak dalam suatu rantai. Pada
gilirannya, ini memainkan peranan penting di dalam struktur dan fungsi membran sel.
Asam lemak yang paling banyak muncul di alam memiliki konfigurasi cis, meskipun
bentuk trans wujud di beberapa lemak dan minyak yang dihidrogenasi secara
parsial.
Contoh asam lemak yang penting
secara biologis adalah eikosanoid, utamanya diturunkan dari asam arakidonat dan
asam eikosapentaenoat, yang meliputi prostaglandin, leukotriena, dan
tromboksana. Kelas utama lain dalam kategori asam lemak adalah ester lemak dan
amida lemak. Ester lemak meliputi zat-zat antara biokimia yang penting seperti
ester lilin, turunan-turunan asam lemak tioester koenzim A, turunan-turunan
asam lemak tioester ACP, dan asam lemak karnitina. Amida lemak meliputi senyawa
N-asiletanolamina, seperti penghantar saraf kanabinoid anandamida.
Asam lemak adalah asam alkanoat
dengan rumus bangun hidrokarbon yang panjang. Rantai hidrokarbon tersebut dapat
mencapat 10 hingga 30 atom. Rantai alkana yang non polar mempunyai peran yang
sangat penting demi mengimbangi kebasaan gugus hidroksil.
Pada senyawa asam dengan sedikit atom karbon, gugus asam akan mendominasi sifat molekul dan memberikan sifat polar kimiawi. Walaupun demikian pada asam lemak, rantai alkanalah yang mendominasi sifat molekul
Pada senyawa asam dengan sedikit atom karbon, gugus asam akan mendominasi sifat molekul dan memberikan sifat polar kimiawi. Walaupun demikian pada asam lemak, rantai alkanalah yang mendominasi sifat molekul
2.5
Klasifikasi Lemak Berdasarkan Kejenuhan Ikatan
1. Jenis-jenis Asam Lemak
Molekul
lemak terbentuk dari gliserol dan tiga asam lemak. Oleh karena itu,
penggolongan lemak lebih didasarkan pada jenis asam lemak penyusunnya.
Berdasarkan jenis ikatannya, asam lemak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a.
Asam lemak jenuh
Asam lemak jenuh,
yaitu asam lemak yang semua ikatan atom karbon pada rantai karbonnya berupa
ikatan tunggal (jenuh)
Lemak Jenuh memiliki seluruh atom
karbon terikat dengan atom Hidrogen sedangkan Lemak Tak Jenuh memiliki beberapa
atom karbon yang terikat secara ganda dengan sebuah atom hidrogen. Pada
umumnya, pada suhu ruang, Lemak Jenuh akan menjadi padat sedangkan Lemak Tak
Jenuh akan tetap dalam bentuk cair.
Contoh: asam laurat, asam palmitat, dan asam
stearat.
b.
Asam
lemak tak jenuh
Asam lemak tak jenuh,
yaitu asam lemak yang mengandung ikatan rangkap pada rantai karbonnya.
Contoh: asam oleat, asam linoleat, dan asam
linolena
Perbandingan model asam stearat (C18:0,
atas), poke (C18:1, tengah), dan asam α-linolenat (C18:3, bawah). Posisi cis
pada ikatan rangkap dua mengakibatkan melengkungnya rantai dan mengubah
perilaku fisik dan kimiawi ketiga asam lemak ini. Pelengkungan tidak terjadi
secara nyata pada ikatan rangkap dengan posisi trans.
Asam
lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat dengan rumus kimia
R-COOH or R-CO2H. Contoh yang cukup sederhana misalnya adalah H-COOH yang
adalah asam format, H3C-COOH yang adalah asam asetat, H5C2-COOH yang adalah
asam propionat, H7C3-COOH yang adalah asam butirat dan seterusnya mengikuti
gugus alkil yang mempunyai ikatan valensi tunggal, sehingga membentuk rumus
bangun alkana.
Karena berguna dalam mengenal ciri-cirinya, asam
lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak
jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya,
sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan ganda di
antara atom-atom karbon penyusunnya.
Asam lemak merupakan asam lemah, dan
dalam air terdisosiasi sebagian. Umumnya berfase cair atau padat pada suhu
ruang (27° Celsius). Semakin panjang rantai C penyusunnya, semakin mudah
membeku dan juga semakin sukar larut. Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil
(tidak mudah bereaksi) daripada asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam
lemak tak jenuh mudah bereaksi dengan oksigen (mudah teroksidasi). Karena itu,
dikenal istilah bilangan oksidasi bagi asam lemak.
Keberadaan ikatan ganda pada asam lemak
tak jenuh menjadikannya memiliki dua bentuk: cis dan trans. Semua asam lemak
nabati alami hanya memiliki bentuk cis (dilambangkan dengan "Z",
singkatan dari bahasa Jerman zusammen). Asam lemak bentuk trans (trans fatty
acid, dilambangkan dengan "E", singkatan dari bahasa Jerman entgegen)
hanya diproduksi oleh sisa metabolisme hewan atau dibuat secara sintetis.
Akibat polarisasi atom H, asam lemak cis memiliki rantai yang melengkung. Asam
lemak trans karena atom H-nya berseberangan tidak mengalami efek polarisasi
yang kuat dan rantainya tetap relatif lurus.
Ketengikan (Ingg. rancidity) terjadi
karena asam lemak pada suhu ruang dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi
menjadi hidrokarbon, alkanal, atau keton, serta sedikit epoksi dan alkohol
(alkanol). Bau yang kurang sedap muncul akibat campuran dari berbagai produk
ini.
Aturan penamaan .Beberapa aturan penamaan dan simbol
telah dibuat untuk menunjukkan karakteristik suatu asam lemak. Nama sistematik
dibuat untuk menunjukkan banyaknya atom C yang menyusunnya (lihat asam
alkanoat). Angka di depan nama menunjukkan posisi ikatan ganda setelah atom
pada posisi tersebut. Contoh: asam 9-dekanoat, adalah asam dengan 10 atom C dan
satu ikatan ganda setelah atom C ke-9 dari pangkal (gugus karboksil). Nama
lebih lengkap diberikan dengan memberi tanda delta (Δ) di depan bilangan posisi
ikatan ganda. Contoh: asam Δ9-dekanoat. Simbol C diikuti angka menunjukkan
banyaknya atom C yang menyusunnya; angka di belakang titikdua menunjukkan
banyaknya ikatan ganda di antara rantai C-nya). Contoh: C18:1, berarti asam
lemak berantai C sebanyak 18 dengan satu ikatan ganda.
Lambang omega (ω) menunjukkan posisi ikatan ganda
dihitung dari ujung (atom C gugus metil).
Beberapa asam lemak
Berdasarkan panjang rantai atom karbon (C), berikut
sejumlah asam lemak alami (bukan sintetis) yang dikenal. Nama yang disebut
lebih dahulu adalah nama sistematik dari IUPAC dan diikuti dengan nama trivialnya
c.
Sifat-Sifat Lemak
Sifat Fisis Lemak
1.
Pada suhu kamar, lemak hewan pada umumnya
berupa zat padat, sedangkan lemak dari tumbuhan berupa zat cair.
2.
Lemak
yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak
yang mempunyai titik lebur rendah mengandung asam lemak tak jenuh. Contoh:
Tristearin (ester gliserol dengan tiga molekul asam stearat) mempunyai titik
lebur 71 °C, sedangkan triolein (ester gliserol dengan tiga molekul asam oleat)
mempunyai titik lebur –17 °C.
3.
Lemak yang mengandung asam lemak rantai
pendek larut dalam air, sedangkan lemak yang mengandung asam lemak rantai
panjang tidak larut dalam air.
4.
Semua
lemak larut dalam kloroform dan benzena. Alkohol panasmerupakan pelarut lemak
yang baik.
2.6 Manfaat Asam Lemak
Nilai gizi
Asam lemak mengandung energi tinggi
(menghasilkan banyak ATP). Karena itu kebutuhan lemak dalam pangan diperlukan.
Diet rendah lemak dilakukan untuk menurunkan asupan energi dari makanan.
Asam lemak tak jenuh dianggap bernilai gizi lebih
baik karena lebih reaktif dan merupakan antioksidan di dalam tubuh.
Posisi ikatan ganda juga menentukan daya reaksinya.
Semakin dekat dengan ujung, ikatan ganda semakin mudah bereaksi. Karena itu,
asam lemak Omega-3 dan Omega-6 (asam lemak esensial) lebih bernilai gizi
dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Beberapa minyak nabati (misalnya
α-linolenat) dan minyak ikan laut banyak mengandung asam lemak esensial (lihat
macam-macam asam lemak).
Karena mudah terhidrolisis dan teroksidasi pada suhu
ruang, asam lemak yang dibiarkan terlalu lama akan turun nilai gizinya.
Pengawetan dapat dilakukan dengan menyimpannya pada suhu sejuk dan kering,
serta menghindarkannya dari kontak langsung dengan udar
Hasil hidrolisis trigliserida akan
menghasilkan asam lemak jenuh dan tak jenuh berdasarkan ada tidaknya ikatan
rangkap rantai karbon di dalam molekulnya. Asam lemak tidak jenuh (memiliki
ikatan rangkap) yang terdapat dalam minyak dapat berada dalam dua bentuk yakni isomercis
dan trans. Asam lemak tak jenuh alami biasanya berada sebagai asam
lemak cis, hanya sedikit bentuk trans. Jumlah asam lemak trans (Trans Fatty
Acids = TFA) dapat meningkat, di dalam makanan berlemak terutama
margarine akibat dari proses pengolahan yang diterapkan seperti hidrogenasi,
pemanasan pada suhu tinggi (Sebedio and Chardigny, 1996; Martin et al., 1998;
Silalahi, 1999; Silalahi, 2000;). Dari hasil penelitian selama dekade terakhir
ini menunjukkan bahwa keberadaan TFA di dalam makanan menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan yakni sebagai pemicu penyakit jantung koroner (PJK)
yang tidak boleh diabaikan. Bahkan menurut hasil-hasil penelitian dua tahun
terakhir bahwa pengaruh TFA lebih buruk daripada efek negatif asam lemak jenuh
dan kolesterol (Mensik, et al., 1992; Judd, et al., 1994; Ascherio, et al., 1994; Subbaiah, et al.,
1998; Oomen, et al., 2001; Warldraw and Kessel,
2002). Dalam makalah ini akan diuraikan keberadaan asam lemak trans di dalam
makanan dan pengaruhnya terhadap kesehatan.
Ternyata keberadaan TFA di
dalam makanan menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan yakni sebagai
pemicu penyakit jantung koroner (PJK) yang tidak boleh dianggap enteng. Bahkan, menurut
hasil-hasil penelitian dua tahun terakhir bahwa pengaruh TFA lebih buruk
daripada efek negatif asam lemak jenuh dan kolesterol. Pengaruh negatif dari
TFA terjadi dengan mempengaruhi kadar Low Density Lipoprotein (LDL) – juga
disebut kolesterol jahat – dan High Density Lipoprotein (HDL) – juga
dikenal sebagai kolesterol baik.
Pengaruh
TFA
Ratio
dari LDL/HDL merupakan faktor risiko PJK yang lebih relevan dibandingkan dengan
faktor risiko lainnya seperti kadar total kolesterol yang tinggi; makin besar
ratio LDL/HDL di atas nilai ideal empat makin besar risiko PJK. Konsumsi TFA
menimbulkan pengaruh negatif karena menaikkan kadar LDL, sama seperti pengaruh
dari asam lemak jenuh. Akan tetapi, disamping menaikkan LDL, TFA juga akan
menurunkan HDL, sedangkan asam lemak jenuh tidak akan mempengaruhi kadar HDL.
Jadi pengaruh TFA dibandingkan dengan asam lemak jenuh, maka efek negatif dari
TFA dapat menjadi dua kali lipat. Asupan TFA selama kehamilan diduga juga akan
mengganggu metabolisme asam lemak esensial sehingga dengan demikian akan
mempengaruhi perkembangan janin.
Pengaruh
TFA sangat tergantung pada asam asupan; kadar yang tinggi (di atas 6 % dari
energi total) jelas akan berbahaya tetapi kadar yang rendah (2 % dari energi
total) dan kadar sedang (4,5 % dari energi total) tidak akan berbahaya jika
dikonsumsi bersamaan dengan asam lemak tak jenuh ganda, tetapi pengaruh positif
dari asam lemak tak jenuh akan ditiadakan oleh adanya TFA di dalam makanan.
Jadi
pengaruh TFA meningkat jika asupan asam lemak esensial linoleat
(juga termasuk asam lemak tak jenuh ganda) rendah karena TFA menghambat
biosintesa asam lemak arahidonat yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
jaringan.
Oleh
karena itu, asupan TFA bagi anak-anak terutama dari margarin tidak dianjurkan.
Tetapi, kandungan TFA yang rendah di dalam margarin (soft margarine)
yang juga masih mengandung asam lemak tak jenuh masih jauh lebih baik daripada
mentega yang terdiri dari asam lemak jenuh.
TFA
Dalam Makanan
Pada
mulanya mentega dibuat dari lemak susu karena konsistensinya yang setengah
padat. Selanjutnya setelah ditemukan proses hidrogenasi, margarin dibuat dari
minyak nabati (lemak cair) karena berbagai alasan antara lain; a) Karena
kebutuhan akan lemak tidak sebanding lagi dengan produksi, b) Karena dari aspek
nutrisi terutama tentang kadungan kolesterol di dalam lemak hewani, c) Karena
adanya efek menurunkan kolesterol dari lemak tak jenuh dari minyak nabati, dan
d) Karena alasan religius. Proses hidrogenasi
ini terdiri dari pemanasan dengan adanya hidrogen elementer yang dibantu oleh
suatu katalisator logam, biasanya menggunakan nikel. Hasil hidrogenasi parsial
ialah a) Terjadinya penjenuhan dari asam lemak tak jenuh, b) isomerisasi ikatan
rangkap bentuk cis (alami) menjadi bentuk isomer trans, dan c) perubahan posisi
ikatan rangkap. Perubahan ini terutama akan menaikkan titik leleh, berarti
mengubah minyak cair menjadi setengah padat yang sesuai dengan kebutuhan.
Pada awalnya, keberadaan TFA di dalam lemak terhidrogenasi
di dalam margarin dianggap menguntungkan karena mempunyai titik leleh yang
lebih tinggi (sama dengan titik leleh asam lemak jenuh) daripada bentuk cis,
lebih stabil, lebih tahan terhadap pengaruh oksidasi. Selain daripada proses
hidrogenasi, pemanasan selama pengolahan minyak (refinery), menggoreng
(deep frying), dan TFA dalam jumlah kecil juga terdapat
secara alami di dalam lemak susu.
Perubahan cis menjadi trans mulai terjadi selama pemanasan
pada temperatur 108O C dan meningkat sebanding dengan kenaikan
temperatur. Produk biskuit, donat dan produk lain yang menggunakan lemak
pelembut (shortening) akan menjadi sumber TFA di dalam makanan
sehari-hari.
Pada saat ini asupan TFA di negara-negara Eropa Barat
adalah antara 0,5 sampai 2,1 % dari total energi, dan di Amerika berkisar 2 %.
Di negara Belanda, karena adanya publikasi yang intensif tentang pengaruh
negatif dari TFA maka asupan TFA menurun secara drastis dengan mengurangi
konsumsi makanan berlemak khususnya margarin batangan (stick margarine).
Selain daripada itu, kandungan TFA di dalam produk margarin menurun dari 50 %
pada tahun 1985 menjadi sekitar 1 – 2 % pada saat ini, sehingga asupan TFA
menurun tajam di negeri Belanda. Diperkirakan,
orang Amerika mengkonsumsi TFA sebanyak 10 % dari total asam lemak, dan bahkan
di daerah tertentu mencapai 25 % dari total asam lemak di dalam makanan. Sumber
utama TFA dalam diet orang Amerika adalah margarin (sekitar 35 %), makanan yang
digoreng siap saji (fried fast foods) dan makanan olahan lainnya.
Asupan TFA di Indonesia tampaknya belum pernah diteliti.
Tetapi, dengan mengetahui kandungan rata-rata dari jenis makanan yang
dikonsumsi terutama bahan makanan yang digoreng, asupan TFA mungkin termasuk
tinggi, karena orang Indonesia banyak mengkonsumsi makanan yang digoreng pada
hampir semua lapisan masyarakat dan termasuk margarin pada masyarakat menengah
ke atas. Asupan TFA di Indonesia dapat ditentukan setelah terlebih dahulu
diketahui kadar TFA dalam makanan yang dikonsumsi.
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh
produk margarin tanpa TFA dan mengurangi kandungan TFA di dalam makanan
berlemak. Dengan mencampurkan (blending) lemak padat dengan minyak
cair untuk memperoleh lemak setengah padat sesuai dengan lemak margarin. Dalam
hal ini minyak kelapa sawit mempunyai prospek yang baik, karena Crude Palm
Oil (CPO) berbentuk setengah padat atau salah satu fraksi stearin
dari minyak kelapa sawit dapat digunakan untuk membentuk lemak margarin tanpa
hidrogenasi, dan berarti dapat diolah margarin tanpa TFA (zero trans
margarine).
BAB III
3.1 KESIMPULAN
Margarine
Mentega berasal dari lemak hewan, sedangkan margarin dari lemak tumbuh tumbuhan.
Karena bahan dasarnya cream, maka bila disimpan lama di suhu ruang akan lumer.
Jadi harus disimpan di lemari es. Mentega yang terbuat dari lemak hewan
biasanya mengandung lebih banyak lemakjenuh/saturated fats(66%) dibanding lemak
tak jenuh/unsaturated fats-nya (34%). Lemak jenuh ini biasanya berhubungan
dengan tingginya kadar kolesterol dalam tubuh.
Pada dasarnya, mentega dan margarin
memiliki jumlah kalori yang sama. Mentega biasanya mengandung lemak alami, dan
beragam manfaat nutrisi lainnya seperti vitamin A, D, E, dan K, yang larut
dalam air. Manfaatnya antara lain untuk menguatkan tulang dan fungsi-fungsi
tubuh lainnya. Mentega menjadi sumber makanan berenergi tinggi yang kaya
vitamin A serta mengandung 700 kalori dalam 100 gramnya. Vitamin A pada mentega
baik fungsinya untuk menjaga sistem kardiovaskular dalam tubuh.
Asam Lemak Merupakan salah satu senyawa organik golongan ester yang banyak
terdapat dalam tumbuhan, hewan, atau manusia dan sangat berguna bagi kehidupan
manusia Lemak yang pada suhu kamar berbentuk cair disebut minyak,
sedangkan istilah lemak biasanya digunakan untuk yang berwujud padat.
Asam lemak mengandung energi tinggi
(menghasilkan banyak ATP). Karena itu kebutuhan lemak dalam pangan diperlukan.
Diet rendah lemak dilakukan untuk menurunkan asupan energi dari makanan.
Asam lemak tak jenuh dianggap bernilai gizi lebih
baik karena lebih reaktif dan merupakan antioksidan di dalam tubuh.
DAFTAR FUSTAKA
1. Almaster,
Sunita.2001.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta.PT
Gramedia Pustaka Utama
2. Poedjadi,
Anna. 2005. Dasar-dasar Biokimia.
Jakarta: UI-Press
3. Cuek.wordpress.com/2012/07/19/
Perbedaan Margarin – mentega ( diakses
tanggal 9 november 2012 jam 12: 09 )
4. http://www.pengertiandefinisi.com/2012/03/pengertian-asam-lemak ( diaskes tanggal
9 november jam 12: 15 )
5.
http://resepcarapembuatanpengolahanhasilkue.blogspot.com/2011/01/jenis-klasifikasi-manfaat-bahaya(
diaskes tanggal 10 november 2012 tanggal
19:34 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar